Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh
zat pengemulsinya atau surfaktan yang cocok ( Farmakope Indonesia Ed.III )
Emulsi merupakan
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri
dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung
( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang
dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen
yang paling penting untuk memperoleh emulsa yang stabil .
Semua emulgator
bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir – butir tetesan
yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan
terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe
emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe
A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak .
Zat-zat
pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS, Gelatin,
Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan seperti
Tween dan Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll.
Teori Emulsifikasi
Ada 3 teori tentang
pembentukan emulsi , yaitu :
1. Teori Tegangan
Permukaan
Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila
ditambahkan suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara 2
cairan yang tidak bercampur .
2. Teori Orientasi
Bentuk Baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada
bagian yang bersifat suka terhadap air atau mudah larut dalam air ( hidrofil )
dan ada bagian yang suka dengan minyak atau larut dalam minyak ( Lifofil ) .
3. Teori Film
Plastik
Teori ini menjelaskan bahwa emulgator
ini mengendap pada permukan masing-masing butir tetesan fase
dispersi dalam bentuk film yang plastis.
( Farmasetika , 180 )
Surfaktan dapat
membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan
tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan
tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu :
1. Penurunan
tegangan antar muka ( stabilisasi termodinamika ).
2. Terbentuknya
film antar muka yang kaku ( pelindung mekanik terhadap koalesen ).
3. Terbentuknya
lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari pertikel.
Penggunaan Emulsi
Penggunaan Emulsi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk
pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi peroral atau injeksi
intravena sedangkan untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran
mukosa yaitu liniment, lotion, krim dan salep. Emulsi utuk penggunaan oral
biasanya mempuyai tipe M/A. Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat
agar menutupi rasa obat yang tidak enak. Emulsi juga berfaedah untuk menaikkan
absorpsi lemak melalui dinding usus. Emulsi parental banyak digunakan pada
makanan dan minyak obat untuk hewan dan juga manusia.
Emulsi yang dipakai
pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi M/A atau A/M,
tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan
dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolient atau
pelembut jaringan dari preparat tersebut dan dengan keadaan permukaan kulit.
Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase
luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.
( Ansel , 377 )
Pembuatan Emulsi
Dalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode ,
yaitu :
1. Metode
Gom Basah ( Metode Inggris )
Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn
sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat.
Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah
diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk
ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan
dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air.
2. Metode
Gom Kering
Metode ini juga disebut metode 4:2:1 ( 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ), Selanjutnya sisa air dan bahan lain
ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur
dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2
bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air
sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah
diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi .
3. Metode
HLB
Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul
surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB ( Hydrophiel-Lyphopiel
Balance ). ( Farmasetika , 186-187 )
Ketidakstabilan
emulsi dapat digolongkan sebagai berikut , yaitu :
1. Flokulasi dan
Creaming
Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis
cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.
2. Koalesen dan
pecahnya emulsi ( Craking atau breaking )
Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali.
Penggojokkan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan
dalam bentuk emulsi yang stabil.
3. Inversi adalah
peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipa A/M atau sebaliknya .
( IMO , 148 )
A. Shampoo
Shampoo adalah sabun cair yang digunakan untuk mencuci
rambut dan kulit kepala yang terbuat dari campuran bahan – bahan alami (
tumbuhan ) atau zat-zat kimia. Pengertian lain dari sampo yaitu sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok berguna untuk
menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala tidak
membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan Si pemakai.
Semula sampo dibuat
dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji
rerak, sari daging kelapa, dan sari abu merang (sekam padi).
Sampo yang
menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan sampo yang
dibuat dari detergen, yakni “zat sabun” sintetik, sehingga saat ini jika orang
berbicara mengenai sampo yang dimaksud adalah sampo yang dibuat dari detergen.
Dan untuk sampo yang dibuat dari bahan lain, biasanya diberikan penjelasan
seperlunya, misalnya sampo merang.
Agar sampo
berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, sampo harus memiliki sifat berikut :
1. Sampo harus
membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah
dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Sampo harus
mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak
kulit kepala menjadi kering.
3. Sampo harus
dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak
natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi sampo.
Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat
kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang
disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
4. Tidak
mengiritasi kulit kepala dan mata.
5. Sampo harus
tetap stabil. Sampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskosita dan pH-nya juga harus tetap konstan, sampo harus tidak
terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau
parfum yang ditambahkan ke dalamnya.
Detergen yang
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat fisikokimia
tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang
dikehendaki untuk sampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan daya
pembersih kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut
dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam, dan mudah menjadi kusut,
menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang
terutama dikehendaki untuk sampo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis
detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama
laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C 10 – 18.
Di samping itu
detergen yang digunakan untuk pembuatan sampo, harus memiliki sifat berikut :
1.
harus bebas reaksi
iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2.
Tidak boleh
memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3.
Warnanya tidak
boleh menyolok.
Zat tambahan sampo
Zat tambahan sampo
terdiri dari berbagai jenis zat, yang dikelompokkan sesuai dengan kesamaan
fungsi yang diharapkan dalam formulasi sampo.
Alkilbromida asam
lemak
Digunakan
untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan
hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina (MEA), dietanolamina (DEA),
atau isopropanolamina yang sesuai. Zat ini juga menunjukkan sifat dengan
mendispersi kerak sabun kalisium atau magnesium, dan mencegah pengerakan kedua
jenis sabun itu pada kulit kepala dan rambut.
Lemak bulu domba,
lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida
Digunakan
untuk makud memperbaiki efek kondesioner detergen dasar sampo yang digunakan,
sehingga rambut yang dikeramas-sampokan akan mudah diatur dan memberikan
penampilan rambut yang serasi.
Lanolin
atau serbuk telur acapkali digunakan sebagai zat tambahan sampo dan dinyatakan
khusus untuk maksud memberikan rambut berkilau dan mudah diatur.
Asam amino
Terutama asam amino
esensial digunakan sebagai zat tambahan sampo dengan harapan, setelah rambut
dikeramas-sampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut,
dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik
yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
Zat tambahan sampo
lain
Terdiri dari
berbagai jenis zat, umumya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap
pembentukan dan stabilisasi busa; meliputi zat golongan glikol,
polivinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang
kadarnya lebih kurang 4%.
Penyajian
Sampo disajikan
dalam bebagai bentuk, meliputi bubuk, emulsi, krim atau pasta, dan larutan.
Selain itu jga dapat disajikan dalam :
1. Sampo bubuk
Sebagai dasar sampo digunakan sabun bubuk, sedangkan
sebagai zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat,
natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat atau boraks. Sampo jenis ini dapat
dikombinasikan dengan zat warna alam hena atau kamomil, sehingga dapat
memberikan sedikit efek pewarnaan pada rambut.
Agar dalam air sadah dapat berbusa, biasanya bubuk
sabun diganti dengan natrium laurilsulfat.
1.
Sampo emulsi
Sampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak
begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, sampo ini
diedarkan dengan berbagai nama seperti sampo lanolin, sampo telur, sampo
protein, sampo brendi, sampo susu, sampo lemon atau bahkan sampo strawberry.
1.
Sampo krim atau
pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari
jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kental. Untuk
membuat sampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagi
pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak
kelapa atau isopropanolamida laurat.
1.
Sampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus
diperhatikan dalam formulasi sampo ini meliputi, viskosita, warna, keharuman,
pembentukan dan stabilitas busa dan pengawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi, 0,2%
larutan formaldehida 40%, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat beracun,
sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.
Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3%-1,0%,
tetapi umumnya berkadar 0,5%.
Cara pembuatan
a.
Sampo krim atau
pasta
Detergen dipanaskan dengan air pada suhu pada lebih
kurang 800 dalam panci dinding rangkap, sambil terus diaduk.
Tambahkan zat malam, terus diaduk lebih kurang 15 menit. Biarkan campuran ini
pada suhu lebih kurang 40-500C. Tambahkan parfum, aduk terus hingga
homogen; lanjutkan pengadukan untuk menghilangkan udara. Wadahkan selagi panas.
a.
Sampo larutan
Jika digunakan alkilolamida, mula-mula zat ini
dilarutkan dalam setengah bagian detergen yang digunakan dengan pemanasan
hati-hati. Kemudian tambahkan sisa detergen sedikit demi sedikit, sambil terus
diaduk; tambahkan zat warna yang telah dilarutkan dalam air secukupnya; jika
masih terdapat sisa air tambahkan sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk
untuk mencegah terjadinya busa.
Shampoo yang baik
· Harus dapat mencuci rambut dan kulit kepala dengan bersih dan tidak
menimbulkan rangsangan
· Harus mempunyai sifat detergent yang baik tetapi tidak
membuat kulit kepala menjadi kering
· Harus dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak
mudah patah, serta mudah diatur
· Harus memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan
cepat, lembut, dan mudah dihilangkan dengan pembilasan
Jenis-jenis Shampoo
· Liquid Shampoo (Sampo Cair)
· Lotion Shampoo (Sampo Losio)
· Creme paste Shampoo (Sampo Pasta Krim)
· Gel Shampoo (Sampo Jeli)
· Aerosol Shampoo (Sompo Erosol)
· Dry Shampoo (Sampo Serbuk)
Bahan Utama
Bahan utama pada shampoo adalah surfaktan (sabun dan
detergent)
Sabun adalah garam dan asam lemak
Hasil reaksi antara lemak dan minyak hewan dan
tumbuhan dengan alkali (cth. NaOH, KOH)
Kekurangan : tidak membentuk busa oleh air sadah, diatasi
dengan penambahan chelating agent
Surfactant (1)
a. Anionik
· Gol. Alkyl benzene sulfonat
Mis. Sodium dodecyl benzene sulfonate
· Gol. Primary alkyl sulfat
Mis. Triethanolamine lauryl sulfate
· Gol. Secondary alkyl sulfat
Mis. Lauryc monoglyceride ammonium sulfate
· Gol. Sarcosine
Mis. Laurosyl sarcoine, Cocoyl sarcosine
Surfaktan
b. Kationik
Garam amonium kuarterner
Mis. Dstearyl dimethyl ommonium chloride, dilauryl dimethyl ammonium
chloride, cetyl trimethyl ammonium bromide
c. Amfoterik
Mis. Miranol
d. Non Ionik
Mis. Tween, Pluronic F-68
Bagaimana Shampoo bekerja
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air →
meningkatkan kemampuan air untuk membasahi kotoran yang melekat (Ingat Makin
kecil nilai tegangan permukaan air, makin besar kemampuan air membasahi benda).
Surfoktan bergerak di bawah lapisan berminyak →
mengangkat dan permukaan → partikel berbentuk bola.
Bahan Tambahan
Ditambahkan ke dalam sampo untuk menghasilkan sampo
yang aman memiliki viskositas yang baik, busa yang stabil, dan dapat
mengoptimalkan kerja detergent
· Opocifying agen
· Clarifying agen
· Foam builder
· Conditioning agen
· Thickening agen
· Chelating agen
· Preservotif
· Active agent
Foam Builder
· Bahan yang meningkatkan kualitas, volume, dan stabilitas busa
· Membantu meningkatkan stabilitas dan efek kondisioner
· Contoh : dodecyl benzene sulfonate, lauroyl monoethanolomide
Conditioning agent
· Merupakan bahan berlemak yang memudahkan rambut untuk disisir
· conditioning agent melapisi helai rambul → halus dan mengkilap
· Harus mudah dibilas, tidak meninggalkan rasa berminyak (lengket) di rambut
· contoh lanolin, minyak mineral, telur, polipeptida
Opacifying agent
· Bahan yang memberikan warna buram pada shampoo
· Penting pada pembuatan shampoo jenis krim & losio
· Contoh : Cetyl alcohol, stearyl alcohol, spermaceti, glycol monodistearate,
Mg stearate
Clarifying agent
· bahan yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampoo
· terutama untuk shampoo dengan bahan utama sabun
· Penting pada pembuatan shampoo cair (likuid shampoo)
· contoh : butil alkohol, isopropil alkohol etil alkohol, metilen glikol,
EDTA
Cleating agen Sequestering agent
· Bahan yang mencegah terbentuknya sabun Ca atau Mg karena air sadah
· Contoh : asam sitrat, EDTA
· Dapat digantikan oleh surfaktan non-ionik
Thickening agent
· Bahan yang meningkatkan viskositas shampoo
· Contoh : gom akasia, tragakan, CMC, Methocel
· Kekurangan : dapat membentuk lapisan film pada helai rambut
Preservatif
Bahan yang berguna melindungi sampo dari mikroba yang
dapat menyebabkan rusaknya sampo,
Harus dipilih
contoh : formadehid, etil alkohol, ester
parahidroksibenzoat
Antidandruff agent
· Antidandruff agent umumnya bersifat antimikroba
· ditambahkan ke dalam shampoo dalam jumlah kecil
· Contoh : Sulfur, Asam Salisilat, Resorsinol, Selenium Sulfida, Zink Piriton
Penunjang Stabilitas
· Bahan-bahan tertentu dapat ditambahkan ke dalam sampo dengan tujuan
menunjang stabilitas shampoo (stability additive)
· Antioxidant
Mencegah perubahan warna dan bau sediaan akibat oksidosi,
· Sunsreen
Melindungi sediaan dari sinar matahari, Contoh : Benzophenon
· Suspending agent
Contoh : veegum, bentonit
· pH control agen (larutan dapar)
Mencegah perubahan worna dan bau sediaan akibat perubahan pH
Cosmetics additive
· Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sampo dengan tujuan memperbaiki
tampilan shampoo (cosmetics adihtive)
· Perfume
campurarl minyak atsiri atau sintetik
· Pewarna (dye)
Pewarna yang digunakan harus terdaftar pada Federal Food, Drug, and
Cosmetics Act
· Pearlescent pigements
Ciri-ciri Lotion :
v Lebih mudah digunakan (penyebaran losio lebih merata
daripada krim)
v Lebih ekonoms (Lotio menyebar dalam lapisan tipis)
v Ada 2 jenis Lotio :
- Larutan detergen dalam air
- Emulsi tipe M/A
D. Cleansing
Cream
Kegunaan Cleansing Cream
adalah membersihkan make-up (rias wajah) dan lemak dari wajah
dan leher. Krim pembersih adalah modifikasi dari cold cream (krim
sejuk). Cold cream diformulasi oleh Galen (150 AD), terdiri atas campuran malam
lebah, minyak zaitun dan air. Ada 2 jenis cleansing cream :
tipe beeswax-borax dan tipe krim cair.
1. Tipe Emulsi
Beeswax-Borax
o Formula
populer untuk kim pembersih
o Berwarna
putih dan bebas dari butiran
o Mudah
mencair dan menyebar pada kulit
o Mengandung
mineral oil dalam jumlah besar
o Tipe
emulsi M/A Inversi ke Tipe
A/M pada kulit
2. Tipe Krim Cair
o Terdiri
dari campuran minyak dan malam yang mencair jika dioleskan
o Efek
membersihkan sama dengan tipe beeswax-borax
o Dapat
ditambahkan emolien untuk meninggalkan lapisan berminyak pada kulit
o Tampilannya
tembus cahaya (translucent)
o Untuk
membuat tampilannya buram (opaque) ditambah
2 % Zn O, TiO2, Mg stearat, atau Zn stearat
o Ditujukan
untuk kulit kering
Pada umumnya
sediaan perawatan dan pembersih kulit terdapat dalam bentuk krim atau emulsi,
dan yang akan dibicarakan dalam bab ini meliputi :
1.
Krim Penghapus dan Krim Dasar
2.
Krim Pembersih dan Krim Pendingin
3.
Krim Urut dan Krim Pelembut
4.
Krim Tangan dan Badan.
Ø Krim Penghapus dan Krim Dasar
Vanishing and Faundation Cream
Krim
penghapus adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud menghilangkan
tatarias wajah, sehingga wajah menjadi bersih dan siap dilekati dengan krim
dasar.
Krim
dasar adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud sebagai dasar
tatarias wajah.
Bahan
: bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk parfum
dan zat warna.
Ø Krim Pembersih dan Krim Pendingin
Cleansing and Cold Cream
Krim
pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud menghilangkan
kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak secara efisien.
Krim
pendingin adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit.
Ciri
khas krim pendingin ialah kandungan airnya relatif banyak yang diikat dalam
bentuk emulsi m-a.
Bahan : bahan
yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk parfum dan zat
pengawet.
Ø Krim Urut dan Krim Pelembut
Massage and Emollient Creams
Krim
urut dan krim pelembut adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memperbaiki kulit rusak karena suatu unsur atau bahan misalnya, detergen.
Biasanya,
krim ini tetinggal pada kulit untuk beberapa jam, umumnya semalam. Krim ini tidak boleh digosokkan karena terlalu cepat
diabsorpsi melalui kulit. Krim yang tetinggal merupakan lapisan yang tidak
boleh telalu ditekan atau cepat hilang karena gesekan dengan kain alas tidur.
Dasar
krim, terutama yang mengandung banyak minyak, yaitu air dalam minyak, krim
lembut atau emulsi kental, mudah digunakan tetapi tidak mudah hilang. Krim
sepeti ini akan lama tinggal di kulit, sehingga dapat melindungi kulit dan
mengurangi penguapan air dari kulit. Makin lama tinggal di kulit makin banyak
krim yang diaborpsi. Juga dapat berfungsi sebagai lubrikan dan sebagai emolien.
Bahan : bahan yang
digunakan mencakup zat manfaat, antara lain emolien termasuk emolien alami yang
larut dalam minyak,pelembab humektan, dan zat tambahan termasuk zat pengawet
dan parfum.
Ø Krim Tangan dan Badan
Hand and Body Cream
Krim
tangan dan badan adalah sediaan dan kosmetika yang digunakan untuk maksud
melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut dan kering, bersisik dan mudah
pecah.
Kulit
mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum, untuk mempertahankan agar permukaan
kulit tetap lembut, lunak dan terlindung. Lapisan sebum dapat menjadi rusak
atau hilang jika kulit dicuci atau dicelupkan dalam larutan sabun atau
detergen.
Jika sebum hilang sacara lebih cepat dari pada
terbentuknya, kulit menjadi kering dan bersisik. Permukaan kulit dapat pecah,
mempermudah masuknya bakteri, dapat terjadi infeksi, akhirnya kulit akan
mengeluarkan cairan, jika dibiarkan dapat menyebabkan dermatitis.
Kulit
juga mengandung lapisan lemak yang berfungsi untuk mengontrol penguaan air,
kulit juga mengeluarkan cairan pelembab alami. Keseimbangan kandungan kulit air
dalam kulit sangat penting untuk diperhatikan.
Pada
umumnya kulit tahan terhadap penggunaan sabun dan air untuk waktu yang tidak
terbatas. Kulit tidak tahan jika terus menerus terkena angin atau udara kering,
atau terlalu sering dan terus menerus menggunakan sabun atau detergen, kecuali
dilindungi dengan cara tertentu.
Biasanya
disajikan dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi.
Bahan : bahan yang
digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup untuk kulit
yang berpori lebar, zat humektan, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis,
zat pengemulsi, zat pengawet, parfum, dn zat warna.
(Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, 330-357)
Daftar Pustaka
Anonim .1979 . Farmakope Indonesia Ed . III . Depkes RI :
Jakarta
Anief. Farmasetika Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi. Ed 4. Universitas
Indonesia Press: Jakarta.
Anonim.1985. Formularium
Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar